Hai semua, apa kabar? semoga dalam keadaan sehal wal afiyat yah, aamiin. Bicara soal kesehatan, beberapa hari lalu saya mengunjungi teman satu kos (waktu kuliah) yang berasal dari jurusan Sastra Inggris UGM. Tentu untuk melepas rasa kangen setelah lebih dari satu tahun kita tidak berjumpa. FYI, kita sudah berteman dekat sejak awal masuk kuliah. Waktu itu kita bertemu saat registrasi mahasiswa baru jalur SNMPTN.
Semasa kuliah, doi terbilang cukup aktif berorganisasi. Selain masuk dalam himpunan mahasiswa jurusan, juga sering terlibat di organisasi kampus. Walaupun aktif di kegiatan non akademik, namun ia terbilang jarang mengulang mata kuliah.
Nah, di pertemuan kemarin, kita banyak cerita soal kesibukan masing masing. Mulai dari pendidikan, asmara, sampai pekerjaan. Kita menghabiskan waktu lebih dari 4 jam hanya untuk cerita dan canda tawa.
Dari sekian banyak cerita, ada satu hal yang sangat menarik. Yaitu keinginan besar dia untuk melancong ke Negara tetangga. Tapi dia tidak mau kalau cuma jalan jalan saja.
Kalau cuma berwisata, jam terbangnya sudah banyak. Mulai dari kegiatan Pertukaran Pelajar di China, Kegiatan di Turki, Rusia, dan masih banyak lagi.
Ia cerita banyak hal, mulai dari cerita tentang kuliner, bagaimana bahasa disana, bahkan sampai dialek unik bisa ditiru olehnya. Sebagai orang yang belum pernah ke luar negeri, mendengar ceritanya saja sudah kagum. Apalagi bisa kesampaian pergi ke luar negeri, pasti senang tentunya.
Mendaftar Program Lenguange Assistant Program
Nah, kebetulan pertengahan bulan Agustus lalu, dia mendapat informasi yang cukup menarik. Konsulat Jenderal RI di Australia membuka program LAP (Languange Assistant Program). Program ini berupa kegiatan mengajar Bahasa Indonesia di Australia Barat.
Doi cerita banyak hal soal keinginan besarnya buat lolos di program tersebut. Katanya, selain bisa jalan jalan ke kota Perth, dia juga bisa ikut andil mengajar budaya dan bahasa di sana. Tak hanya itu, peserta program tersebut juga akan mendapatkan honor/gaji senilai AU$ 1.400 per dua minggunya. Atau senilai 15 juta Rupiah tiap 2 minggunya.
Dari sekian banyak penjelasan yang dia berikan, 90% alasan dia untuk mendaftar program ini bukan untuk gaji ataupun wisata. Tapi dia ingin memiliki kontribusi ke Negara. Tentunya lewat ilmu yang dia miliki melalui program LAP ini.
Dia juga sempat menunjukkan berkas pendaftaran di atas printernya. Mulai dari sertifikat penghargaan, keikutsertaan di organisasi, sampai ijazah lengkapnya ada di sana.
Di tumpukan paling atas, ada Sertifikat Kemampuan Bahasa Inggris yang nilainya sangat bagus. Dia sempat mengikuti tes IELTS di IDP Yogyakarta. Hasilnya, ia mendapatkan nilai 8. Sangat mengagumkan.
Mengenalkan Budaya ke Manca Negara
Sebagai teman, saya sangat bangga melihat semangat kontribusi yang tinggi. Terlebih lagi dia “akan” mengenalkan budaya Indonesia di luar Negeri. Saya jadi ingat perkataan salah satu Presiden Amerika Serikat yang melegenda.
Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu!
John F. Kennedy
Teman saya (akan) memberi kontribusi ke Negara berupa pengenalan budaya dan bahasa Indonesia di Negara lain.
Di akhir tulisan, saya ingin bertanya ke diri saya sendiri. Pertanyaan dasar yang mungkin sangat mudah dijawab. Teman teman juga bisa jawab pertanyaan ini di hati kalian.
Jawab dengan sungguh sungguh yah.
Lalu apa kontribusi saya ke Negara ini?